Minggu, 26 Desember 2010

Gayus Tambunan, semua orang di Indonesia mungkin sudah tidak asing lagi dengan namanya. Salah satu mafia pajak dan hukum yang ada di Indonesia ini membuat semua orang geregetan yang masih saja menyuap ketika masih di dalam tahanan. Salah satunya yang aktif bicara adalah Ruhut Sitompul, anggota komisi III DPR yang bicara ke media bahwasannya Gayus seharusnya dihukum mati saja. Wajar saja bapak Ruhut bicara seperti itu, selain sudah mengambil milyaran uang negara yang juga berarti uang seluruh rakyat Indonesia, yang terbaru Gayus Tambunan telah keluar dari penjara dengan licinnya.
Kata keluar dari penjara saya ambil karena gayus bukannya melarikan diri, ataupun bebas secara hukum, melainkan ya benar-benar keluar penjara dengan sesuka hati. Dia diduga menyuap berbagai oknum di dalam rutan Mako Brimob, Kelapa Dua Depok. Terkait dengan keluarnya Gayus dari penjara, sembilan polisi, termasuk Kepala Rutan Mako Brimob Kompol Iwan Siswanto dijadikan tersangka dan ditahan terkait pelarian Gayus Tambunan. Kesembilan orang itu terkena pasal 5 ayat 2 pasal 11, pasal 12, UU Tipikor.
Yang menarik bukanlah bagaimana Gayus bisa menyuap oknum-oknum penjara, akan tetapi faktor apa yang membuat oknum penjara mau disuap oleh seorang gayus, apakah pengaruh Gayus sebagai mafia sangatlah besar, atau kekuatan uang Gayus dan orang-orang yang memasok uang ke dalam penjara untuk Gayus. Menurut data yang saya dapat, terdapat lima faktor yang membuat polisi mau menerima suap dari mantan pegawai dirjen pajak ini. Faktor pertama adalah sistem pengelolaan rutan yang amburadul,soal integritas moral penjaga rutan yang tergolong payah. Faktor ketiga, soal tidak rasionalnya gaji yang diterima petugas penjaga Rutan sehingga tidak menjamin kesejahteraan sipir rutan tersebut.Faktor keempat, karena memang pengawasan yang lemah dari petugas rutan terhadap para tahanan. Namun yang lebih penting dari yang lain adalah, faktor budaya taat hukum.
Faktor-faktor diatas yang telah saya sebutkan adalah yang harus kita benahi, mengapa seperti itu, karena tidak dipungkiri banyak Gayus-Gayus lainnya yang tidak tepantau oleh pandangan hukum ataupun media. Yang jelas, nama besar Kepolisian dan Hukum di negara ini telah tercoreng dengan adanya fenomena seoarang Gayus Tambunan. Apalagi saat seorang fotgrafer Kompas mengambil foto orang yang diduga Gayus sedang berada di Nusa Dua Bali sedang menonton pertandingan tenis bersama orang yang diduga istrinya di belakangnya. Ini menandakan kelemahan hukum di Indonesia, dan harus segera diperbaik dengan membenahi sektor-sektor yang rawan dengan penyuapan dan semacamnya. Sebagai rakyat Indonesia saya harap dan inginkan negeri ini kembali negeri yang makmur, damai, dan kembali ke citra ramah tamah ketimuran seperti dahulu, bukannya negara dengan predikat salah satu negara lemah hukum dan terkorup di dunia.

Selasa, 14 Desember 2010

PR Sebuah Catatan

Internet membuat kerja praktisi PR (Public Relation) masa kini mengalami perubahan yang sangat luar biasa. PR masa kini bukan hanya harus lihai berhubungan dengan influencer, termasuk media, tetapi juga dituntut untuk fasih berhubungan langsung dengan konsumen. Dan kita semua paham, karakte konsumen maya sudah pasti tidak sama dengan karakter jurnalis, media atau industri media, atau karakter medium dan influencer lain. Konsumen yang bergabung di social media tidak butuh bahasa yang manis dan formal ala siaran pers. Yang mereka butuhkan adalah juru bicara perusahaan yang mengerti kebutuhan mereka dan sekaligus merespon keluhan mereka secepat mungkin. Konsumen juga butuh seorang praktisi PR yang bisa berinteraksi langsung dengan mereka dan melakukan percakapan.
Dengan adanya fasilitas internet saya sebagai praktisi PR di salah satu perusahaan ternama di kota Bandung merasa kerja saya bisa lebih praktis dan mudah, tidak perlu keluar dari meja komputer saya, saya sudah bisa bertemu dengan konsumen, mengambil sampel publik , dan pekerjaan praktisi PR lainnya.
Teknologi ini sangatlah mempermudah saya. Sangatlah praktis dan biayanya sangatlah murah. Apalagi dengan adanya jejaring sosial yang sangat tren di kalangan masyarakat saat ini, cukup mempost satu status, maka bahkan puluhan ribu orang langsung melihat pesan yang ingin kita sampaikan. Tidak memerlukan biaya dan waktu yang banyak pesan bisa disampaikan.
Saya terkadang iri ketika beberapa saat yang lalu mengetahui, beberapa publik figur yang aktif dalam menggunakan jejaring sosial twitter, dibayar jutaan rupiah oleh perusahaan ketika dia mentwit merk dari perusahaan tersebut. Perusahaan pun tahu berapa banyak yang memfollow orang tersebut, dan tentunya yang memfollow adalah orang yang merupakan fans dari publik figur tersebut. Sehingga pasti akan mengikuti style dan gaya hidup seorang publik figur tersebut, dikarenakan itulah banyak perusahaan rela mengocek kantongnya demi beberapa twit yang diposting oleh publik figur.
Dari kegiatan tersebut bisa kita ambil contohnya, bahwa bila dikaitkan dengan kegiatan PR, langkah-langkah seperti tadi bisa saja diambil. Menggunakan publik figur sebagai ujung tombak perusahaan. Dan perusahaan pun tidak boleh salah dalam mengambil sosok yang akan dijadikan subjek perusahaan. Di luar itu semua saya sangatlah mencintai pekerjaan saya sebagai PR dan sangat senang dengan hadirnya internet.

Senin, 13 Desember 2010

Muhammad Zaid Thaariq

Nama saya adalah Muhammad zaid thaariq, saya lahir pada tanggal 31 desember 1990. Saya adalah anak kedua dari empat bersaudara. Saya mempeunyai satu kakak perempuan dan dua adik yang masing – masing laki – laki dan perempuan. Ibu saya berasal dari Sukabumi dan Ayah saya merupakan campuran Padang – Madura. Ketika orang bertanya saya berasal dari mana maka saya selalu meyebutkan dari tanah Sunda, karena sehari – hari saya menggunakan adat Sunda di keluarga saya. Contohnya saja, untuk panggilan kaka , keluarga kami memakai panggilan aa dan teteh.
Saya sangat sayang dengan keluarga saya, karena itu saya termasuk anak yang penurut dan tidak pernah membangkang perintah orang tua. Saya merupakan anak yang taat sembahyang dan selalu rajin mengaji. Karena saya lulusan Mts. Al-Zaytun, yang merupakan pesantren terbesar di Asia Tenggara. Saya pun sangat bangga akan hal itu, jadi saya tidak mau memalukan nama almamater tempat saya menimba ilmu selama enam tahun.
Saya adalah tipe orang ekstrovert, dimana saya lebih suka untuk bersosialisasi dengan teman – teman saya daripada saya harus berkutat dengan buku dan belajar. Saya pun mempunyai keahlian public speaking yang baik, dan mempunyai kemampuan meyakinkan orang dengan baik. Namun sayangnya saya mempunyai satu kelemahan terbesar, yaitu saya terkadang malas dalam memulai sesuatu hal. Untuk itu, dalam mengerjakan suatu hal saya harus mempunyai passion di bidang tersebut, jadi saya tidak akan malas dalam mengerjakannya.
Lebih lanjut mengenai saya, bisa kalian ketahui dari isi yang tersirat dalam blog ini. So, selamat membaca