Internet membuat kerja praktisi PR (Public Relation) masa kini mengalami perubahan yang sangat luar biasa. PR masa kini bukan hanya harus lihai berhubungan dengan influencer, termasuk media, tetapi juga dituntut untuk fasih berhubungan langsung dengan konsumen. Dan kita semua paham, karakte konsumen maya sudah pasti tidak sama dengan karakter jurnalis, media atau industri media, atau karakter medium dan influencer lain. Konsumen yang bergabung di social media tidak butuh bahasa yang manis dan formal ala siaran pers. Yang mereka butuhkan adalah juru bicara perusahaan yang mengerti kebutuhan mereka dan sekaligus merespon keluhan mereka secepat mungkin. Konsumen juga butuh seorang praktisi PR yang bisa berinteraksi langsung dengan mereka dan melakukan percakapan.
Dengan adanya fasilitas internet saya sebagai praktisi PR di salah satu perusahaan ternama di kota Bandung merasa kerja saya bisa lebih praktis dan mudah, tidak perlu keluar dari meja komputer saya, saya sudah bisa bertemu dengan konsumen, mengambil sampel publik , dan pekerjaan praktisi PR lainnya.
Teknologi ini sangatlah mempermudah saya. Sangatlah praktis dan biayanya sangatlah murah. Apalagi dengan adanya jejaring sosial yang sangat tren di kalangan masyarakat saat ini, cukup mempost satu status, maka bahkan puluhan ribu orang langsung melihat pesan yang ingin kita sampaikan. Tidak memerlukan biaya dan waktu yang banyak pesan bisa disampaikan.
Saya terkadang iri ketika beberapa saat yang lalu mengetahui, beberapa publik figur yang aktif dalam menggunakan jejaring sosial twitter, dibayar jutaan rupiah oleh perusahaan ketika dia mentwit merk dari perusahaan tersebut. Perusahaan pun tahu berapa banyak yang memfollow orang tersebut, dan tentunya yang memfollow adalah orang yang merupakan fans dari publik figur tersebut. Sehingga pasti akan mengikuti style dan gaya hidup seorang publik figur tersebut, dikarenakan itulah banyak perusahaan rela mengocek kantongnya demi beberapa twit yang diposting oleh publik figur.
Dari kegiatan tersebut bisa kita ambil contohnya, bahwa bila dikaitkan dengan kegiatan PR, langkah-langkah seperti tadi bisa saja diambil. Menggunakan publik figur sebagai ujung tombak perusahaan. Dan perusahaan pun tidak boleh salah dalam mengambil sosok yang akan dijadikan subjek perusahaan. Di luar itu semua saya sangatlah mencintai pekerjaan saya sebagai PR dan sangat senang dengan hadirnya internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar